“Jangan sekali-kali berkata bohong,” pesan ibu yg selalu dipegangi oleh Abdul Qodir kemana pun juga. Begitu juga ketika anak itu berangkat untuk belajar agama ke Baghdad dengan suatu kafilah.
Ditengah perjalanan, rombongan kafilah yang diikutinya itu diserangt perompak. Semua anggota rombongan digeledah, termasuk dia.
“Ada sesuatu yang engkau miliki?,” tanya kawanan perompak.
“Ada,” jawab Abdul Qodir jujur.
“Apa?”
“wang.”
“Berapa?”
“Empat puluh dinar.”
Maka digeledahlah dia, namun wang itu tak ditemui di bajunya. “Kau membohongi kami ya!,” bentaknya.
“Tidak, aku tak berbohong,” jawab Abdul Qodir jujur.
Abdul Qodir lalu merobek bahagian bajunya, tempat menyembunyikan wang itu. Begitu teliti ibu Abdul Qodir menjahitnya, sampai orang lain (termasuk perompak itu) tak mengetahui dimana wang itu disimpan didalam jahitan bajunya.
“Saya dipesan ibu yang menjahit bajuku ini untuk tidak sekali-kali berkata bohong,” katanya sambil menyerahkan wang 40 dinar itu kepada kawanan perompak.
Kepada bosnya, hasil rompakkan itu diserahkan termasuk kisah bagaimana memperoleh wang 40 dinar dari seorang anak bernama Abdul Qodir.
Maka terpegunlah ketua perompak itu mendengar kejujuran si Abdul Qodir. “Kepada ibunya saja anak ini begitu taatnya, mengapa aku tak taat kepada penciptaku?,” gumam ketua perampok sambil menitiskan air mata.
“Kembalikan semua barang ini kepada kafilah itu, biarkan mereka pergi,” perintahnya kepada anak buahnya.
[Disarikan dari Salam Canda, RM.Yunani, hal. 16-19, cetakan I, 1995, penerbit H.I. Press]
——————————————————————————–
Pada akhirnya pemuda yang bernama Abdul Qodir itu menjadi seorang ulama besar dan termasuk wali min auliyaillah dan biasa kita kenal namanya dengan Asy-Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani.
Dikirim dalam Kisah Tauladan
p/s: perompak zaman sekarang nie mana nak pikir org yg di rompaknya tu jujur atau tidak..abis2 pon dia akan kata 'ada aku kesahhhh!!!'
Tiada ulasan:
Catat Ulasan